Friday, October 14, 2011

Tanaman Antipolutan

Udara di dalam rumah bisa saja tercemar zat-zat berbahaya. Untuk mengurangi risiko terkena paparan polusinya, bisa dilakukan dengan cara menghadirkan tanaman hijau di dalam ruangan.
Berada di dalam rumah bukan berarti terbebas dari polusi. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh United State Environmental Protection Agency (USEPA) mengindikasikan bahwa derajat polusi dalam ruang bisa 2 sampai 5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan polusi luar ruangan.
Pencemaran dalam ruangan bisa berasal dari asap rokok, asap kompor, bahan-bahan kimia, seperti semprotan nyamuk, cat, bahan perekat wallpaper, dll. Satu batang rokok mengandung lebih kurang 4000 jenis bahan kimia, dan 40% di antaranya beracun. Bahan kimia yang paling berbahaya terutama nikotin, tar, hidrokarbon, karbon monoksida (CO), dan logam berat. Asap rokok mengandung berbagai bahan kimia yang dapat merusak kesehatan. Selain itu, satu jam berada dalam dapur dan menghirup asap dapur sama dengan perokok aktif yang menghisap 6 batang rokok.
Mengganggu Kesehatan
Parahnya, gas CO yang dihasilkan rokok maupun sumber lain (asap kendaraan, asap kompor), jika terhirup oleh hidung akan masuk ke dalam aliran darah, termasuk aliran darah jantung. Bila ini terjadi, maka hemoglobin akan lebih banyak terikat dengan CO dan ini bisa menyebabkan kadar CO berlebihan dalam darah. Pada tubuh yang kekurangan oksigen dapat menimbulkan terjadinya hipoksia. Bila hipoksia menyerang otak, maka akan menimbulkan gangguan susunan syaraf pusat yang disebut ensefalopati. Apabila mengenai jantung dan darah disebut gangguan kardiovaskuler.
Tanaman Penyerap Polutan

Untuk mengatasi masalah polusi dalam ruangan, selain memperbaiki sirkulasi udara, juga juga dapat diminimalisir dengan meletakkan tanaman di dalam ruangan. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) awal 1970-an menemukan 50 jenis tanaman yang mampu mengurangi konsentrasi polutan di dalam ruangan, terutama tiga polutan utama, yaitu benzena, trikhloroetilen (TCE), dan formaldehid.
Bintang Nugroho dari Green Building Council Indonesia (GBCI) mengatakan, sejumlah tanaman yang dimaksud NASA ada di Indonesia, misalnya lidah mertua (Sanseviera), palem bambu, sri rejeki (Aglaonema), beringin, garbera yang biasa kita jadikan bunga potong, puring (Janet crane), dan hanjuang (Marginata).
Berdasarkan penelitian Fakultas MIPA, Universitas Brawijaya, Malang, pada ruangan dengan volume 100 m3 dapat ditempatkan tanaman lidah mertua dewasa sebanyak 5 helai dan sri rejeki sebanyak 14 helai daun. Kombinasi lidah mertua dan sri rejeki dapat menjadi alternatif untuk menggantikan fungsi AC sebagai penetralisir polusi udara dalam ruangan terutama yang disebabkan oleh asap rokok dan mikroorganisme. Setiap helai daun sansevieria bisa menyerap 0.938 mikrogram per jam formaldehid.

No comments:

Post a Comment