Spesifikasi: Luas rumah 36 m2, luas lahan 60 m2, budget 2 juta per m2
Tentang rumah kecil, murah, namun tetap nyaman
Desain ini adalah karya eksperimen kami tentang rumah kecil yang berdiri di atas lahan yang kecil. Mengapa kami membuat eksperimen tentang rumah kecil? Karena menurut kami, banyak sekali masyarakat yang memiliki dana yang tidak terlalu besar, namun mengidamkan sebuah rumah yang nyaman. Arti lainnya, menurut kami, kebutuhan akan merumah bagi masyarakata Indonesia, khususnya warga kelas menengah sampai menengah ke bawah, sangatlah besar. Untuk itu, kami berusaha memberikan usulan-usulan yang sekiranya dapat bermanfaat bagi pengetahuan masyarakat tentang membangun sebuah rumah.
Sebagian besar masyarakat berpikir bahwa mendesain sebuah rumah yang dibantu oleh seorang arsitek akan jauh lebih mahal ketimbang langsung membeli saja rumah yang sudah jadi di developer atau dengan agen property kenalan mereka. Aha, tidak juga seperti itu. Sebenarnya harga yang dikeluarkan pun akan sama nantinya. Bahkan, bisa jadi dengan menggunakan jasa arsitek, hasil yang akan didapatkan akan lebih optimal, karena desain yang dibuat berdasarkan keinginan dan kebutuhan dari si penghuni rumah. Selain itu, aspek kemubaziran juga tentu saja akan diperhitungkan. Desain yang baik adalah desain yang pas bagi penghuni, bukan desain yang mubazir,d alam artian ada beberapa ruang yang berlebihan baik secara fungsi maupun luasannya. Ingat! Kata optimal, tidak ada hubungannya dengan mahal atau murah rumah tersebut. Optimal berarti aspek-aspek yang dibutuhkan oleh penghuni baik dari segi fungsi, kenyamanan termal ataupun visual dapat ter-cover dengan baik. Sehingga yang diharapkan adalah tingkat kepuasan konsumen yang tinggi.
Sedangkan, kalau kita berbicara harga rumah, atau biaya yang harus dikeluarkan dalam sebuah pekerjaan konstruksi rumah adalah bergantung pada beberapa aspek berikut.
Antara lain:
Luasan rumah. Anggap saja, biaya pembangunan sebuah rumah dengan material yang baik dan standar yang tinggi adalah Rp. 2,500,000 per m2, itu berarti semakin luas rumah yang dibangun, maka semakin besar pula biaya yang akan dikeluarkan. Kalau Anda memiliki dana yang terbatas, mulailah dengan start up luas rumah yang tidak terlalu besar. Apalagi kalau Anda adalah keluarga kecil, luas rumah yang ideal bagi Anda keluarga kecil dengan anak 2 orang adalah rumah dengan luas 36 m2, 54 m2, atau 72 m2. Dengan begitu, biaya yang akan dikeluarkan tidak terlalu besar.
Rumah tumbuh. Artinya, rumah tersebut dapat dikembangkan dalam beberapa tahapan. Akan lebih baik, kalau Anda memang kebetulan memiliki lahan yang cukup luas. Jadi, pertama bangunlah rumah dengan luasan secukupnya saja sesuai dengan budget yang Anda miliki. Lalu, ketika Anda telah memiliki dana yang lebih, barulah Anda dapat mengembangkan rumah tersebut. Tapi yang perlu diingat adalah sebaiknya rumah dirancang sampai tahap akhir, sehingga step-stepnya jelas, tahap mana yang akan Anda mulai duluan, kapan Anda akan memulainya, dan berapa biaya yang harus diperlukan untuk memulai tahap pertama. Jangan sampai salah langkah, dalam hal ini, jangan sungkan-sungkan untuk menghubungi arsitek kenalan Anda untuk mendapatkan sebuah desain dan perencanaan yang matang tentang sebuah rumah idaman Anda.
Ruang yang efektif dan efisien. Tak dipungkiri, kita orang Indonesia memerlukan ukuran luas ruang yang cukup besar. Maklum, banyak aktivitas keluarga yang memang melibatkan banyak orang seperti arisan, pengajian, selamatan, dan masih banyak lagi. Namun, perlu juga disadari bahwa kita terkadang melakukan beberapa aktivitas di dalam satu ruangan. Misalnya, aktivitas makan terjadi di ruang tamu, aktivitas tidur siang terjadi di ruang keluarga, atau mungkin aktivitas rekreasi malah terkadang berlangsung di ruang tamu atau teras depan. Hal ini memungkinkan untuk terjadinya penghematan jumlah ruangan. Misalnya ruang keluarga digabungkan saja dengan ruang tamu. Atau dapur digabungkan saja dengan ruang makan, atau malah taman depan digabungkan saja dengan teras yang juga berfungsi untuk menyambut tamu. Hal ini akan berpengaruh nantinya pada luasan total rumah yang berpengaruh juga pada ongkos konstruksi pula. Asalkan, ruangan tersebut ukurannya cukup manusiawi untuk menampung beberapa anggota keluarga dalam sebuah acara. Misalnya ruan tamu yang digabung dengan ruang keluarga, ukuran yang cukup efisien adalah 3.5x4 m.
Penggunaan material. Material, khususnya yang digunakan dalam pekerjaan finishing sangat berpengaruh dalam menentukan apakah rumah tersebut dikategorikan murah atau tidak. Misalnya, rumah dengan kusen pintu jendela kayu tentu jelas lebih mahal kalau dibandingkan dengan kusen alumunium. Atap dengan menggunakan bahan fiber semen, tentu akan lebih murah ketimbang genteng keramik. Atau Penggunaan dinding ekspose, tentu harganya berbeda dengan dinding yang difinish menggunakan acian semen. Cermat-cermatlah dalam penggunaan material. Bagian-bagian mana saja yang harus difinish secara optimal, dan bagian mana saja yang harus difinish seadanya saja. Namun istilah “seadanya saja” juga belum tentu jauh dari kesan indah. Bisa jadi yang seadanya itu (seperti penggunaan kusen alumunium, kaca nako, dinding bata ekspose) juga menarik secara visual kalau komposisinya pas.
Rumah mungil, murah, nan asri
Pada desain ini, aspek yang ingin ditonjolkan adalah aspek optimal itu tadi. Targetnya adalah bagaimana caranya kita dapat merancang rumah di lahan yang terbatas dengan dana yang terbatas pula, namun dapat mendapatkan hasil yang memuaskan.
Desain ini sebenarnya cukup sederhana. Dibangun di atas lahan sempit dengan luas 60 m2, desain ini mencoba untuk menyelesaikan problem sempit dan “tipe standar” nya rumah-rumah perumahan yang cukup monoton. Dalam hal ruang, memang pembagian ruangannya tidak jauh berbeda dengan pembagian ruang pada rumah bertipe 36 yang lainnya, yaitu dua kamar tidur, satu ruang tamu yang digabungkan dengan ruang keluarga, satu dapur, ruang cuci jemur, dua buah taman (depan dan belakang) dan satu kamar mandi. Akan tetapi, rumah tipe 36 kebanyakan menempatkan taman di belakang rumah. Eksperimen desain yang kami lakukan ini mencoba memutar balikkan aspek kestandaran tersebut. Taman dimasukkan ke dalam rumah. Hal ini berfungsi untuk menciptakan kesan lapang di dalam rumah yang sempit. Dengan begitu, cahaya dapat masuk dengan mudah dan udara dapat mengalir dengan lancar. Untuk mencegah air hujan masuk secara langsung, di area taman tetap diberi atap fiber. Dengan begitu cahaya matahari dapat masuk, tapi air hujan akan tertahan. Di bagian atap fiber tersebut dirambati tanaman agar kesan sejuk dan asri akan semakin terlihat.
Bagian dalamnya, tidak terdapat plafond yang menggantung. Plafond-nya berbentuk miring, sesuai dengan kemiringan atap. Hal ini akan menambah kesan lapang dalam rumah. Kisi-kisi kayu yang terdapat di bagian atap juga dimaksudkan agar udara dapat masuk dengan lancar. Dengan begini, problem rumah sempit dan panas akan terminimalisir dan akan memberikan kenyamanan tersendiri pada penghuni.
Menghidupkan kembali bentuk arsitektur lokal Indonesia
Kita memiliki banyak sekali keberagaman bentuk dan arsitektur tradisional maupun lokal yang dapat kita gali. Namun, mengapa akhir-akhir ini seakan publik hanya diperlihatkan cirri rumah yang bertema modern minimalis saja? Seakan, kalau rumahnya tidak bercirikan modern minimalis, rumah tersebut tidak afdhol untuk ditinggali.
Desain ini berusaha menampilkan nilai-nilai lokal yang dibahasakan secara modern. Dengan penggunaan teras, tritisan, rumah yang menyambut tanpa pagar, dan tekstur-tekstur lokal seperti dinding bata ekspose, kisi-kisi kayu, dan penciptaan fasad/ tampak depan dengan menggunakan tanaman. Komposisi jujur tersebut dikemas dan dikolabirasikan dengan dinding semen ekspose. Sehingga yang diharapkan nantinya adalah perpaduan antara tekstur lokal dan modern dalam sebuah rumah. Walaupun rumah ini kecil, tidak ada salahnya kita untuk mendekorasinya sehingga terlihat menawan.
No comments:
Post a Comment